Januari 08, 2011

French President Nicolas Sarkozy Deplores Attack Against Egypt Church

French President Nicolas Sarkozy delivers his New Year address to religious representatives at the Elysee Palace on January 7, 2011 in Paris. (Photo by LIONEL BONAVENTURE/AFP/Getty Images)
Please also visit : KATAKAMI.COM

PARIS, Jan 07 (KATAKAMI / VOA) —French President Nicolas Sarkozy made his annual New Year’s address to religious leaders on Friday. In it, he described recent violence against Christians as a “perverse plan of religious cleansing in the Middle East”.
He said religious and cultural diversity cannot disappear from the region.
A series of violent attacks have hit Christians living in Egypt and Iraq in recent months.
In Iraq last October dozens of people were killed during a siege of a Christian church in Baghdad – that was followed by more attacks in December.
And in Egypt on New Year’s Day a bomb planted outside a church killed more than 20 people. It was the deadliest attack against Christians in Egypt for decades.
‘Decisive shift’
Erica Hunter, a Lecturer in Eastern Christianity at Britain’s School of Oriental and African Studies,says attacks against Christians in the Middle East have taken a decisive shift in recent months.
“What is new in Iraq and in Egypt is the actual targeting of Christians in churches. Previously there had been many kidnappings, difficulties, murders but we have not seen until October the 31 where worshipers are actually attacked within the churches,” Hunter said.
The aim, she says, is to destroy morale within the Christian community. Coptic Christians in Egypt mark Christmas Day on January 7 – later than most Christians around the world.
But rather than celebrating on Friday, says Hunter, Christians were mourning the loss of those killed.
Hunter says the increase in violence stems from fundamentalist groups.
“There does seem to be an escalation in activities by such groups as Al Qaeda and I’m sure they are not the only group,” she said. “There does seem to have been a shifting attitude from within the fundamentalist Islamic terrorist groups. “
Religious persecution from certain groups
Fiona McCallum from the University of St. Andrews in Scotland, is a specialist on the political role of Christian communities in the Middle East.
She says attacks against Christians do not reflect widespread attitudes in the Middle East. She says to describe the violence, as Mr. Sarkozy has done, as a plan of “religious cleansing” suggests a broad-based persecution that does not exist.
“I think the word persecution has connotations which are perhaps wider than we would want to say at the moment,” said McCallum. “Persecution suggests that it is being supported by states, which I would say is not the case in the Middle East at the moment. The acts that can be seen as providing persecution are more linked to particular groups which are not supported by the wider community.”
But she says attacks are likely to force many Christians to leave their home country.
McCallum says in Iraq Christians have already been fleeing the country for many years. The Christian population which once stood at 1.5 million people is now estimated at less than 850,000. She says Christians in Egypt could go the same way.
“It’s important to also note that emigration takes place from the region from both Christians and Muslims as well. However, I do think these attacks leave the Christians in the entire region feeling a lot more vulnerable that they are being targeted solely because of their religious identity,” McCallum said.
Last month the United Nations said around 6,000 people had fled to Iraq’s Northern Kurdish region or to other countries in the region since the attack in Baghdad in October.  (*)

Januari 07, 2011

Setara Kasus Mossad, Skandal Paspor Palsu Gayus Tambunan Menampar Muka Indonesia


Foto :SONY HARSONO" di paspor disejajarkan dengan foto GAYUS TAMBUNAN saat menonton pertandingan tennis di Bali (2010)
Jakarta 07/01/2011 (KATAKAMI) --- Ibarat meminjam bahasa anak gaul, figur Gayus Tambunan ini seakan "GAK ADA MATINYA". Ada saja pemberitaan miring seputar sepak terjang dari mantan pegawai Ditjen Pajak ini.


Setelah ketahuan menonton pertandingan tennis di Bali dengan menggunakan rambut palsu (wig) yang berbelah tengah, kali ini Gayus kembali menjadi NEWSMAKER.


Tak cuma ke Bali, ternyata Gayus juga pernah berpergian ke Macau (China), Kuala Lumpur (Malaysia) dan Singapura pada bulan September 2010.


Kalau tadi meminjam istilah anak gaul, lain lagi kalau memakai gaya bahasa ANAK MEDAN.


Komentar yang paling cocok untuk kiprah Gayus kali ini adalah, "KAU LAGI, KAU LAGI GAYUS, BOSAN AWAK MENDENGAR CINGKUNEK TENTANG KAU !".


Artinya, anda lagi, anda lagi Gayus, bosan saya mendengar "ocehan" tentang anda !

Foto : Terdakwa kasus mafia pajak, Gayus Halomoan Tambunan saat memotret menggunakan handphone-nya pertandingan tenis di Hotel Westin, Bali (November 2010)


Seperti yang diberitakan Metro TV dan Kantor Berita ANTARA (04/01/2011), Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Patrialis Akbar mengatakan, ada seseorang bernama Sony Laksono yang pergi ke Macau dan Kuala Lumpur pada September 2010. Pada paspor Sony ditemukan foto yang mirip Gayus. Di paspor itu ada foto orang pakai wig yang mirip dengan Gayus.


"Di paspor itu ada foto orang pakai wig yang mirip dengan Gayus," kata Patrialis kepada para wartawan di depan Istana Negara, Jakarta Pusat.


Menurut data imigrasi, Sony pergi ke Macau pada 24 September 2010 dengan menumpang Mandala Airlines. Sony kembali ke Indonesia pada 26 September dengan menumpang Garuda Indonesia.


"Pada tanggal 30 September 2010, Sony keluar lagi dengan paspor yang sama ke Kuala Lumpur, Malaysia. Namun, kembalinya sampai sekarang tidak terdeteksi. Ini memang luar biasa," lanjut Patrialis.
Patrialis pun sempat menjelaskan asal usul paspor tersebut.


Awalnya, paspor tersebut dibuat atas nama Margareta, seorang anak. "Ternyata paspor itu ditunda pembuatannya. Tapi nomor paspornya sudah ada. Tiba-tiba, paspor itu keluar atas nama Sony Laksono," katanya.


Paspor diketahui dibuat oleh Kantor Imigrasi Jakarta Timur. Sementara itu, asal-usul KTP atas nama Sony Laksono masih diselidiki. Patrialis menambahkan, pihaknya membentuk tim guna menelusuri kebenaran seseorang mirip Gayus yang pergi ke luar negeri.


Tim tersebut dipimpin oleh Kepala Inspektorat Jenderal Kemenhukham Sam Tobing, dan didukung oleh Plt Dirjen Imigrasi M Indra, serta beberapa staf Kantor Imigrasi Pusat, Kanwil Kemenhukham DKI Jakarta, dan Kantor Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta.


Selama menghuni Rumah Tahanan Mako Brimob Kelapa Dua Depok, Gayus diduga sering keluyuran.


Seseorang yang memakai wig dan mirip dengan Gayus keluyuran ke Bali. Ahad (2/1) lalu, seorang warga Depok, Devina, menulis surat pembaca di Kompas pernah pergi ke Singapura dalam satu pesawat dengan pria pemakai wig yang mirip Gayus.




Berikut isi surat pembaca yang dimuat Kompas hari Minggu (2/1/2011):


Pria Berkacamata Memakai Wig


Melihat foto Gayus dengan wig dan kacamata, yang belakangan ini beredar banyak di media massa, saya merasa yakin bahwa pernah melihat orang yang sama di Bandara Soekarno-Hatta, hari Kamis, 30 September 2010. Saat itu saya sedang menunggu penerbangan ke Singapura di ruang tunggu keberangkatan pesawat.


Ketika itu seorang pria memakai wig dan kacamata masuk ke ruangan tempat saya menunggu, lalu berada di penerbangan yang sama ke Singapura. Saya menatap beberapa kali, tetapi sayang saya tidak memiliki keberanian untuk mengambil foto dirinya karena jarak terlalu dekat. Saat itu, panggilan untuk masuk ke kabin pesawat sudah terdengar.


Setelah melihat foto tersebut belakangan ini banyak beredar di surat kabar dan berita di TV, saya semakin yakin bahwa orang yang berada satu penerbangan dengan saya ke Singapura tersebut memang Gayus. Mungkin ada pihak terkait yang merasa perlu untuk memeriksa hal tersebut. Berikut adalah penerbangan yang saya tumpangi saat itu AirAsia nomor penerbangan QZ 7780 waktu keberangkatan 11.20 WIB dari Jakarta menuju Singapura hari Kamis, 30 September 2010.









Yang ingin disorot dalam tulisan ini secara khusus adalah hal ihwal paspor palsu "Mister Gayus" yang berhasil menjebol 3 negara sahabat kita yaitu China, Malaysia dan Singapura.


Seperti yang dimuat oleh DETIK.COM (07/01/2011), salah seorang pengajar bidang kepolisian menilai masalah paspor palsu Mister Gayus ini adalah masalah “kecil”.


Persoalan utama mafia pajak yang menjerat pegawai Ditjen Pajak, Gayus Tambunan dikhawatirkan tidak akan bisa diselesaikan secara tuntas. Publik kini terlalu sibuk mengurusi masalah dugaan kaburnya Gayus ke luar negeri.


"Saya khawatir modus operandi mafia pajak justru tidak terbongkar karena tertutup kasus ini," ujar pengajar Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) dan Universitas Paramadina, Rico Marbun, Jumat (7/1/2011).


Rico mengatakan, kasus dugaan ke Macau atau Malaysia adalah masalah kecil dari persoalan besar yang sudah dilakukan Gayus. Gayus pun kini sudah dipindahkan rutan Cipinang. Rico juga yakin, tidak mungkin ada lagi pihak yang berani meloloskan Gayus keluar penjara.


"Kepergian Gayus ini kan sudah terjadi, dan itu merupakan rangkaian dari puluhan kali yang dia pernah ngaku keluar penjara, nggak mungkin lagi bisa terulang. Kasus Gayus harus diusut tuntas, jangan hanya berhenti sampai di Gayus, sebab dia hanya pemain kecil," beber Rico.


Rico curiga, perkara kepergian Gayus ini digunakan sebagai pengalihan isu saja. Hanya sedikit saja, imbuh Rico, berbagai pihak yang konsisten menyuarakan pengusutan tuntas hasil 'nyanyian' Gayus soal mafia pajak.


"Saya khawatir ini pembelokan, jangan sampai hanya Gayus yang dikorbankan," pungkas Rico.


Demikian diberitakan DETIK.COM

Kepala Dinas Intelijen Mossad yang baru, TAMIR PARDO. (Foto : Uriel Sinai/Getty Images)


New Mossad chief to apologise for use of UK passports in Dubai killing


Pendapat yang mengatakan bahwa persoalan PASPOR PALSU yang dilakukan dan digunakan Gayus Tambunan berpergian ke 3 negara merupakan masalah kecil adalah pendapat yang sangat amat keliru.


Silahkan saja Pemerintah Indonesia mengusut masalah mafia pajak tetapi pembuatan dan penggunaan PASPOR PALSU adalah perbuatan melawan hukum yang sangat meresahkan keamanan dalam negeri Indonesia dan keamanan dalam negeri negara-negara lain yang dirugikan.


Kasus PASPOR PALSU Gayus Tambunan setara nilainya dengan kasus pembuatan dan penggunaan PASPOR PALSU yang dilakukan sejumlah agen Dinas Intelijen Israel dalam kasus pembunuhan Mahmoud al Mabhouh pada bulan Januari 2010 di Dubai.


Perbuatan Gayus Tambunan ini memang pantas untuk dibandingkan dengan kasus paspor palsu yang melibatkan dinas intelijen Mossad.


Secara substansi, tujuan penggunaan PASPOR PALSU itu memang tidak sama tetapi ada kemiripan dari kedua kasus ini yaitu sama-sama menggunakan PASPOR PALSU untuk memasuki NEGARA ORANG LAIN.


Tetapi Mossad sendiri telah secara resmi menyampaikan permohonan maafnya kepada Pemerintah Inggris.


Mengawali tugas barunya sebagai Kepala Dinas Intelijen Israel, dalam suasana Natal (Desember 2010) Tamir Pardo telah menyampaikan permohonan maaf kepada Inggris atas penggunaan paspor Inggris yang ASPAL alias asli tapi palsu.


Permohonan maaf ini sedikit agak mengejutkan sebab Pemerintah Israel sendiri ( baik itu Presiden Shimon Peres dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu ) tak pernah sekalipun menyinggung masalah ini ke hadapan publik internasional.


Boss Mossad yang sebelumya Meir Dagan ( yang digantikan posisinya oleh Tamir Pardo ), setali tiga uang tingkat "kegilaannya" dengan kedua Big Boss-nya yaitu Shimon Peres dan Benjamin Netanyahu.


Tidak membenarkan dan tidak menidakkan keterlibatan Israel dalam kasus pembunuhan itu dengan rekor penggunaan paspor palsu terbanyak atas nama Inggris yaitu menggunakan 12 paspor palsu INGGRIS.


Tetapi dengan adanya permohonan maaf dari Tamir Pardo yang sedikit agak mengejutkan ini, Mossad telah menyampaikan penyesalan bahwa perbuatan mereka memang melawan hukum.


Tamir Pardo juga menjanjikan bahwa agen rahasia Israel tidak akan pernah lagi diijinkan untuk menggunakan dokumen palsu jika mereka melakukan operasi intelijen di luar ngeri.


Belum diketahui apa reaksi resmi dari Pemerintah Inggris atas permohonan maaf Mossad ini karena sebelumnya Inggris memang menunjukkan reaksi kemarahan yang sangat serius.

Kepala Dinas Rahasia Inggris (Secret Intelligence Service / MI6) Sir John Sawers


Seperti yang diberitakan The Telegraph (25/12/2010), Tamir Pardo yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Kepala Dinas Intelijen Mossad sesungguhnya dalam rapat internal Mossad menyatakan secara langsung bahwa dirinya tidak menyetujui penggunaan paspor palsu atas nama Inggris, Australia dan Irlandia untuk membunuh Mahmoud al Mabhouh.


Tetapi pendapat ini terabaikan karena posisinya yang bukan merupakan pengambil keputusan dalam dinas rahasia Mossad.


Permohonan maaf yang disampaikan Tamir Pardo kepada Pemerintah Inggris diduga kuat merupakan jembatan yang dapat melancarkan rencana kunjungannya ke Inggris di bulan Januari 2011 ini untuk bertemu dengan para pimpinan Dinas Intelijen Inggris yaitu Sir John Sawers (MI6) dan Jonathan Evans (MI5).


Hal yang patut dapat diduga merupakan sesuatu yang sangat tak lazim bagi Israel ( yaitu mengakui perbuatan melawan hukum kepada negara lain ) merupakan langkah maju dan harus sungguh-sungguh ditepati bahwa itu tak akan diulangi lagi di masa yang akan datang.


Di saat dua dinas intelijen kelas dunia hendak "bertemu" untuk membahas masalah hal ihwal kasus penggunaan kasus PASPOR PALSU, Indonesia malah seakan mencuat ke permukaan lewat figur Gayus Tambunan.

Gayus Tambunan
Pembuatan dan penggunaan PASPOR PALSU dalam kasus Gayus ini tergolong sangat serius sebenarnya.


Bayangkan, seorang Gayus bisa dengan mudahnya menembus ( atau lebih tepat digunakan kata MENJEBOL ) tingkat keamanan nasional di 3 negara.


Terdakwa kasus mafia pajak ini bisa dengan mudahnya keluar masuk di teritori negara China, Malaysia dan Singapura dengan menggunakan PASPOR PALSU.


Mari kita bayangkan bagaimana ketatnya proses pemeriksaan di Bandara Inernasional Soekarno Hatta yang ada di ibukota Jakarta.


Sangat jarang terjadi, kasus-kasus penggunaan PASPOR PALSU yang tertangkap.


Tetapi penangkapan para penumpang yang terseret dalam kasus-kasus narkoba misalnya, relatif sering dicegah oleh aparat keamanan ( terutama pihak Bea Cukai ) di areal Bandara Soekarno Hatta.


Bandingkan dengan Gayus Tambunan !


Gayus terlihat sangat menguasai setiap bentuk perjalanan yang dilakukannya di manca negara.


Contohnya, ia tahu bahwa untuk berpergian ke Macau ( China ), ada maskapai penerbangan Indonesia yang memiliki rute langsung ke sana yaitu MANDALA AIRLINES.


Untuk memesan tiket Mandala pada rute Macau, calon penumpang tak perlu repot-repot yaitu hanya tinggal mengakses SITUS RESMI MANDALA AIRLINES.


Jika kita ingin berpergian ke Macau misalnya ( bila keberadaan kita hanya kunjungan singkat ), kita tidak diwajibkan untuk meminta visa dari Kedutaan Besar China.


Sehingga, melancongnya Gayus ke Macau adalah sesuatu yang sangat mengasyikkan karena relatif mudah dan aman bagi dirinya. Apalagi, MANDALA AIRLINES hanya menetapkan 3 hari dalam seminggu untuk rute langsung ke Macau yaitu pada hari Minggu, Rabu dan Jumat.


Gayus Tambunan berangkat ke Macau menggunakan Mandala Airlines pada hari Jumat tgl 24 September 2010.


Dan kembali ke tanah air pada tanggal 26 September 2010 dengan menggunakan pesawat GARUDA INDONESIA.











Pembuatan dan penggunaan PASPOR PALSU yang dilakukan oleh Gayus Tambunan bukan sekedar masalah "kekhilafan yang disengaja" oleh para calo di lingkungan Kantor Imigrasi saja.


Ini sudah mempertaruhkan hubungan diplomatik Indonesia dengan sejumlah negara sahabat.


Artinya, sistem keamanan nasional di China, Malaysia dan Singapura bisa dijebol oleh manusia sekelas Gayus Tambunan yang begitu nyaman dan amannya keluar masuk ke negara-negara ini.


Hanya dengan satu PASPOR PALSU saja, Gayus bisa menjebol sistem keamanan nasional di 3 negara sekaligus.


Bagaimana kalau yang melakukan pembuatan dan penggunaan PASPOR PALSU itu adalah jaringan terorisme internasional untuk keluar masuk seenaknya di China, Malaysia dan Singapura ?


Apakah Pemerintah Indonesia tidak merasa malu karena sudah mencemari hubungan diplomatik dengan sejumlah negara sahabat semacam China, Malaysia dan Singapura.


Dan sebenarnya, kalau disebut PALSU, paspor itu besar kemungkinan bukan palsu dalam arti yang sebenarnya.


Sistem komputerisasi di Imigrasi, mewajibkan para pemohon pembuatan atau perpanjangan paspor untuk membubuhkan SIDIK JARI mereka.


Ini faktor utama yang bisa ditelusuri, sejauh mana tingkat keparahan skandal PASPOR PALSU Gayus Tambunan ini.


Kemudian yang harus ditelusuri adalah siapakah sebenarnya pihak tertentu yang menjadi BEKING Gayus Tambunan melakukan skandal skandal tingkat tinggi yang membutuhkan kemampuan IT sangat lihai dan mahir.


Tak cuma saat melakukan pembuatan PASPOR PALSU saja.


Tapi tak akan mungkin seorang Gayus bisa sangat percaya diri dan begitu berani berpergian ke 3 negara menggunakan PASPOR PALSU kalau ia belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang sistem keamanan di bandara-bandara internasional yang akan didatanginya di negara-negara tadi.


Semua negara pasti sudah menggunakan kecanggihan IT pada sistem komputerisasi bandara internasional di negara mereka.


Gayus yang cuma mantan pegawai kelas rendahan (secara pangkat dan jabatan di Ditjen Pajak ) tidak akan berani melancong ke tingkat dunia kalau cuma membawa modal nekat.


Patut dapat diduga Gayus pasti sudah mendapatkan pengetahuan yang cukup tentang situasi keamanan di negara-negara yang akan didatanginya tadi ( termasuk cara-cara menggunakan paspor palsu ini pada saat melewati pintu-pintu pemeriksaan ).

Istri Gayus-Tambunan, Milana Anggraeni
Pertanyaannya adalah siapakah yang patut dapat diduga oknum aparat yang menjadi BEKING UTAMA Gayus Tambunan melakukan skandal sangat memalukan seperti ini ?


Patut dapat diduga yang menjadi BEKING itu adalah pihak yang memahami intelijen dan sekaligus menguasai sekali penggunaan IT tingkatan yang sangat mahir.


Patut dapat diduga yang menjadi BEKING itu adalah pihak yang mengetahui situasi negara asing ( terutama yang dapat dipantaunya menggunakan sistem deteksi IT ).


Pegawai rendahan di Ditjen Pajak dapat menjebol sistem keamanan nasional di 3 negara asing dengan penggunaan PASPOR PALSU adalah sesuatu yang sangat serius.


Apalagi pegawai rendahan di bekas kedinasannya itu adalah seorang terdakwa dalam kasus MEGA MAFIA PAJAK di negaranya.


Skandal pembuatan dan penggunaan PASPOR PALSU ini adalah sebuah skandal yang menampar muka Indonesia di mata dunia internasional.


Bayangkan, tidak ada kasus "internasional" terkait urusan palsu-memalsu paspor yang bisa dijadikan bahan perbandingan untuk masalah Gayus Tambunan ini kecuali kasus penggunaan paspor palsu yang dilakukan Dinas Intelijen Israel yaitu Mossad pada tahun 2010 lalu.


Substansi dari kasus itu adalah sama yaitu secara sengaja telah menggunakan identitas palsu dan otoritas hukum negara dalam mengeluarkan dokumen penting semacam paspor.


Malahan kalau mau jujur, untuk urusan pembuatan dan penggunaan paspor palsu ini, Mossad kalah cerdik dari Gayus Tambunan sebab dinas intelijen Israel ini hanya masuk ke 1 negara.


Sementara Gayus bisa keluar masuk ke 3 negara sekaligus dengan paspor palsunya yaitu ke China, Malaysia dan Singapura.


Janganlah skandal ini terulang kembali di masa yang akan datang.


Ini bukan masalah kecil tetapi sangat amat serius.


Telusuri siapa BEKING atau pihak yang patut dapat diduga sengaja memainkan keberadaan dan peranan Gayus untuk kepentingan-kepentingan yang sangat amat dirahasiakan.


Kita bicara mengenai masalah keamanan nasional.


Baik itu keamanan nasional di dalam negeri Indonesia dan di negara-negara sahabat yang menjadi korban penggunaan paspor palsu GAYUS TAMBUNAN.


Cari BEKING yang ada di belakang Gayus Tambunan ini !


Bikin malu saja karena sok hebat membuat dan memalsukan PASPOR sehingga menampar serta mempermalukan Indonesia di mata dunia internasional.




(MS)

Photostream : Russian Prime Minister Putin celebrates Orthodox Christmas at monastery in Turginovo Village near Moscow


Russian Prime Minister Vladimir Putin lights a candle as he attends an Orthodox Christmas service in the XIX century church of the Protecting Veil of the Mother of God in Turginovo village, about 160 km. (100 miles) northwest of Moscow January 7, 2011. Putins parents were baptized in Turginovo village in 1911. The Russian Orthodox Church observes Christmas on January 7 as it retained the Julian calendar.  REUTERS/Alexander Zemlianichenko/Pool

Russias Prime Minister Vladimir Putin (C) attends an Orthodox Christmas service in the XIX century church of the Protecting Veil of the Mother of God in Turginovo village, about 160 km (100 miles) northwest of Moscow January 7, 2011. REUTERS/Alexei Druzhinin/RIA Novosti/Pool

Russian Prime Minister Vladimir Putin, center, crosses himself as he attends an Orthodox Christmas service in the XIX century church of the Protecting Veil of the Mother of God in Turginovo village, about 160 km. (100 miles) Northwest of Moscow, Russia, Friday, Jan. 7, 2011. Here, in Turginovo village, in 1911 were baptized the parents of Vladimir Putin. The Russian Orthodox Church observes Christmas on Jan. 7 as it retained the Julian calendar. (AP Photo/Alexander Zemlianichenko, pool)

Russias Prime Minister Vladimir Putin attends an Orthodox Christmas service in the XIX century church of the Protecting Veil of the Mother of God in Turginovo village, about 160 km (100 miles) northwest of Moscow January 7, 2011. REUTERS/Alexei Druzhinin/RIA Novosti/Pool

Orthodox Christmas celebrations begin in Russia

Orthodox Christmas Mass : "But people's unity should not be limited only by times of trouble. It should become an indispensable part of our national identity and life" (Photo : Ria Novosti)
Please also visit : KATAKAMI.COM


Moscow, Jan 7 (KATAKAMI / RIA NOVOSTI) — Russian Orthodox believers flocked to churches on Friday to attend Christmas service.
At least 14,000 people attended Christmas service in Moscow alone, a police spokesman said.
“So far, about 14,000 people attended the capital’s churches, and they continue to arrive. No incidents were reported,” Viktor Biryukov said.
The head of the Russian Orthodox Church, Patriarch Kirill, called on the believers to pray about “our Fatherland, our Church and our people” during the Christmas service he conducted at the Cathedral of Christ the Savior.
He also called on the Russian people to show unity in his Christmas address.
“The importance of joining forces to overcome sorrow and misfortune was demonstrated by the last year’s wildfires and draught across Russia. But people’s unity should not be limited only by times of trouble. It should become an indispensable part of our national identity and life,” Patriarch Kirill said in a statement, published on his website.
Russian President Dmitry Medvedev attended the Divine Liturgy at the Cathedral of Christ the Savior along with his wife and exchanged Christmas gifts with the Patriarch.
Medvedev also sent a Christmas greeting to the nation via his Twitter account.
Russian Prime Minister Vladimir Putin attended Christmas service in the Central Russian village of Turginovo north of Moscow, in the Tver Region where his parents came from.
Christmas services will continue until Friday evening, and Church leaders will deliver their congratulations after the Great Vespers, to begin at 16:00 Moscow time [16:00 GMT].
The Russian, Jerusalem, Serbian and Georgian Orthodox churches, Athos monasteries, some Catholics and some Protestants celebrate Christmas on January 7 in line with the Julian calendar, while Roman Catholics, Lutherans, Anglicans and some Orthodox churches celebrate the feast on December 25.  (*)

MOSCOW, January 7